Banyak yang suka kalau aku mempunyai sifat pendiam. Tapi ada juga yang tidak suka. Entah mengapa sifatku satu ini disukai oleh lawan jenisku. Aku juga tidak menyangka. Bahkan ada seseorang mengirimkan sinyal-sinyal yang ku ketahui sekarang ini adalah rasa suka. Tapi aku hanya diam, cuek, dan memalingkan wajahku sehingga aku berharap dia dapat mengerti kalau aku tidak menyukainya. Tapi, apakah sikapku itu pantas atau sudah tidak menyakitkan hatinya? Jujur saja, ketika waktu itu aku belum mengenal cinta, dan perasaan perempuan. Walau ku tahu aku mewariskan bakat psikolog dari ayahku. Mungkin waktu itu aku belum bisa mengembangkan bakat itu. Namun bagaima, cinta tak harus di paksakan.
Sebetulnya sikap diamku terbentuk karena faktor sedikitnya pengalaman kelompok (interaksi yang terjalin antarindividu dalam suatu kelompok cukup memberi andil dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian seseorang). Karena hal itu, aku tidak bisa berbicara banyak dengan teman2. tapi Alhamdulillah masih ada sahabat-sahabatku yang dapat berbicara banyak. Dikarenakan sikap diam ku ini merupakan faktor lingkungan, maka sifat satu ini bukan sifat asliku. Sehingga banyak orang yang tidak mengetahui perasaan ku ketika sedang senang, sedih, marah, atau dalam masalah. Di tambah lagi aku dapat merubah raut wajahku (untuk meyakinkan teman-teman ku) Maklum sifat merubah raut wajah juga warisan bakat dari ayah dan ibuku. Tapi bisa dilihat kok dai mata saya. Ku akui bahwa mata itu tidak dapat berbohong.
Thank’s buat teman-temanku terutama sahabat-sahabat ku. (Candra, Firmania, Faris, Irvan, Ardian, Ayunov).
1 komentar:
WELCOME ^_^
Posting Komentar